Jumat, 8 November 2013
Tiga Desa Direlokasi, BPBD Akan Segera Dibentuk
Desa Mardinding di Kecamatan Tiga Nderket, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Kamis (7/11), lengang setelah ditinggalkan warga mengungsi akibat letusan Gunung Sinabung. Desa Mardinding termasuk desa yang wajib dikosongkan selain Desa Bekerah, Simacem, dan Sukameriah.
KARO, KOMPAS — Menyusul letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Kamis (7/11), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi akhirnya merekomendasikan tiga desa yang berada di lokasi berbahaya untuk direlokasi.
”Ketiga desa tersebut berada di depan kawah Gunung Sinabung. Jika terjadi letusan besar, ketiga desa itu paling pertama terkena luncuran awan panas,” ujar Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Hendrasto di Posko Pengamatan Gunung Sinabung Desa Ndokum Siroga. Tiga desa yang diusulkan agar direlokasi adalah Desa Bekerah, Simacem, dan Sukameriah.
Menurut dia, untuk jangka panjang, perlu dipikirkan upaya relokasi terhadap warga ketiga desa tersebut. ”Namanya alam, kami tak tahu ke depan bagaimana,” ujarnya.
Adapun Desa Mardinding, yang warganya juga diungsikan sejak Minggu lalu, tidak termasuk yang direkomendasikan direlokasi. Meskipun terkena abu tebal letusan Gunung Sinabung, desa itu tidak berada di depan kawah Gunung Sinabung. Sejak letusan besar pada Minggu lalu, empat desa yang berada dalam area 3 kilometer dari puncak gunung harus dikosongkan dari aktivitas warga. Empat desa itu adalah Simacem dan Bekerah di Kecamatan Naman Teran, Desa Sukameriah di Kecamatan Payung, serta Desa Mardinding di Kecamatan Tiga Nderket.
Selama ini, saat status gunung menjadi Siaga, warga tiga desa selalu diungsikan. Ini membuat warga tak bisa menjalankan aktivitas karena sering mengungsi.
Sekretaris Desa Bekerah Tani Sitepu (44) mengatakan, secara pribadi, ia sudah berpikir untuk relokasi. ”Bagaimana hidup kami, sebentar mengungsi, pulang lagi, lalu mengungsi lagi. Kalau pemerintah memfasilitasi, lebih baik kami dipindah,” tutur Tani, yang kesulitan menanam sayuran sejak Oktober lalu setelah kembali dari tempat pengungsian karena erupsi gunung tak berhenti.
Hal serupa dikatakan Sekretaris Desa Simacem Lesanto Sitepu. ”Sejak letusan tahun 2010, produksi tanaman kami terus menurun. Selain gagal panen, kami pun bertani dengan setengah hati. Sampai saat ini, kami belum menanam sayuran. Seharusnya, September lalu, kami sudah menanam,” ujar Lesanto.
Namun, Koordinator Media Center Posko Tanggap Darurat Letusan Gunung Sinabung Jhonson Tarigan, yang juga Kepala Bidang Humas Pemerintah Kabupaten Karo mengatakan, hingga Kamis, rencana relokasi ketiga desa itu belum dibahas pemkab.
Perda baru dirancang
Terkait rencana pembentukan badan penanggulangan bencana daerah (BPBD), Jhonson menyatakan, rancangan peraturan daerah (raperda) pembentukan BPBD masih dikerjakan Bagian Hukum Sekda Kabupaten Karo.
Karena itu, anggota DPRD Kabupaten Karo dari Komisi B, Ingan Kembaren, mendesak agar raperda pembentukan BPBD segera diselesaikan. ”Kami harapkan bulan ini, raperda sudah masuk ke kami sehingga tahun depan Kabupaten Karo punya BPBD. Keberadaan BPBD sangat penting bagi Karo yang merupakan daerah rawan bencana,” ujarnya.
Menurut Ingan, pembentukan BPBD sekaligus akan merampingkan organisasi di Pemerintah Kabupaten Karo. ”Itu karena pembentukan BPBD mengharuskan penghapusan beberapa organisasi di pemkab yang saat ini sudah cukup gemuk.”
Hingga Kamis petang, erupsi Gunung Sinabung masih terus terjadi. Di puncak gunung, terlihat abu dan awan panas masih keluar. (wsi)
Tinggalkan komentar