Kebakaran lahan dan hutan (karlahut) pada awal tahun 2016 ini kembali muncul lagi setelah pada akhir tahun 2015 padam oleh lebatnya hujan yang turun. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat pada awal 2016 selain munculnya sejumlah titik api karlahut di Sumatra, pada awal Pebruari 2016 juga ditemukan sekitar 370 s/d 500 titik api karlahut di Papua. Hal ini, menurut KLHK, karlahut tidak hanya disebabkan oleh perusahaan yang membakar lahan tapi juga karena ada kebiasaan masyarakat dengan membakar lahan sebelum ditanami.
Penggunaan istilah kebakaran lahan dan hutan (karlahut) atau kebakaran hutan dan lahan (karhutla) adalah sama saja. Penamaan ini tergantung dari sudut pandang orang-orang yang menggunakannya. Akan tetapi, dampak dari karlahut atau karhutla ini sama saja, yaitu menyengsarakan ribuan orang yang terdampak di Sumatra, Kalimantan, serta di negara tetangga seperti Singapore dan Malaysia.