Banjir Bandang Wasior: Bencana sama, Lokasi sama, Waktu berbeda
Pada 4 Oktober 2010 banjir bandang menghajar Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat. Segera saja bencana ini menjadi “hit” nasional. Berbagai komentar dan analisis muncul dan berbondong-bondong berbagai lembaga datang ke Wasior utk melakukan “sesuatu”. Bila tertarik utk membaca lebih lanjut arsipnya ada seabreg-abreg di Milis Bencana, klik ini. Lalu muncul Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Banjir Bandang Wasior, tapi entah bagaimana hasilnya sekarang.
Pada 13 November 2013 banjir bandang kembali menghajar Wasior. Bencana yg sama di tempat yg sama. Dua tahun telah lewat, tapi dalam waktu selama itu tidak ada perbaikan: bagaimana dg sistem peringatan dini?, bagaimana dg pemulihan pascabencana 2010? bagaimana komunitas dikuatkan? bagaimana lembaga-lembaga terkait bencana berkoordinasi dan bertindak? bagaimana pertanggungjawaban dana bencana yg telah lalu? Ibaratnya, keledai jatuh di lubang yg sama; padahal kita bukan keledai, kita adalah manusia yg punya akal budi yg bisa mengambil sari pati pembelajaran dari sesuatu hal.
Kalau dua tahun lalu bencana Wasior ini menjadi headline berbagai media selama berbulan-bulan, tapi kini berita banjir bandang Wasior 2013 hanya muncul di pojok media atau di running text saja. Menyedihkan sekali.
salam,
djuni
—————————–
Kamis, 14 November 2013
Dua Hilang di Wasior, Pencarian Korban Terkendala Arus Deras Sungai
JAYAPURA, KOMPAS — Banjir bandang kembali terjadi di Distrik Wasior, Wondiboy, dan Distrik Rasie di Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, Rabu (13/11). Lima sungai di ketiga distrik tersebut meluap dan menghanyutkan dua orang. Hingga Rabu malam, arus luapan sungai masih sangat deras.
Korban bernama Karel Nunaki dan Charlos Corley. Keduanya hanyut di Sungai Hati. Sungai lain yang meluap adalah Kabao, Andris, Mangoare, dan Susaduai.
”Arus sungai masih sangat deras mencapai 70 kilometer per jam sehingga menghambat upaya pencarian korban. Pencarian bisa efektif dilakukan saat arus mulai tenang,” kata Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua Ajun Komisaris Besar Sulistyo Pudjo, kemarin malam, di Jayapura. Ketinggian air rata-rata mencapai 2 meter.
Namun, menurut Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Teluk Wondama Frederick Payung, ada juga informasi yang menyebutkan empat orang hilang. Dua orang sesuai data Polri, sedangkan dua lainnya masih ditelusuri kebenarannya. ”Tim gabungan masih mencari dan memastikan kondisi mereka,” ujar Frederick.
Banjir bandang menghancurkan 10 rumah warga dan memutuskan 3 jembatan. Dua jembatan di antaranya berada di Kampung Wondiboy. ”Beberapa tanggul yang dibangun tahun 2011 juga roboh,” kata Frederick. Namun, gerakan tim pencari terbatas karena akses jalan terkendala jembatan putus.
Warga lain telah mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Distrik Wondiboy dilaporkan menderita kerugian terparah. Sedikitnya 6 rumah rusak berat.
Seperti mangkuk
Frederick menjelaskan, banjir terjadi akibat hujan deras yang terus mengguyur kawasan itu sejak Selasa malam. Banjir mulai terjadi Rabu sekitar pukul 10.00. Polisi juga mengerahkan 200 personel untuk mencari korban dan mengevakuasi warga bersama TNI dan tim SAR.
”Kawasan itu seperti mangkuk sehingga ketika ada hujan lebat air mudah mengalir deras,” kata Sulistyo. Air banjir bandang yang deras juga menghanyutkan benda-benda keras, seperti batu dan kayu, sehingga juga membahayakan tim evakuasi.
Frederick menjelaskan, lokasi banjir bandang kali ini sama seperti kasus serupa yang menghajar Wasior, 4 Oktober 2010. Kala itu, banjir membawa serta batuan dan balok-balok kayu dari Pegunungan Wondiboy. Sedikitnya 6 warga tewas dan 30 rumah tersapu banjir bandang.
Bencana banjir bandang tersebut merupakan bencana ekologis akibat pembalakan dan pertambangan yang tak terkendali. Bahkan, sejak tahun 2010, sudah diingatkan bahwa bencana serupa berpotensi terjadi kembali sebab hutan di kawasan tersebut telah dijadikan konsesi industri ekstraktif. Pemerintah pusat bersama daerah diminta menangani juga penyebab utama bencana. (DEN/JOS)
Tinggalkan komentar